Kebanyakan “ooh” Ga Baik Juga Lho

sumber gambar: https://www.123rf.com/photo_67314445_smart-student-with-idea-light-bulb-and-various-high-school-maths-and-science-formulas-on-background.html

“Oooh”, sahut kami, yang baru mengerti maksud dari salah satu bagian dari materi kuliah hari itu.

“Ooh, ooh, ooh aja terus”, sindir dosenku.

Teman-teman di kelas tertawa.

Tapi aku justru malah bertanya-tanya, kenapa beliau sepertinya tak terlalu menyukai gumaman itu ya?

Dan ini bukan sekali aja, tapi sudah berkali-kali beliau menyindir tentang ini.

Oleh karenanya, setiap aku mempelajari sesuatu dan tak sengaja terucap “ooh”, aku selalu merenung.

Aku pun mendapat pencerahannya. Kenapa “ooh” itu tak terlalu baik.

Ini menurut aku ya. Jadi kalau kita keseringan bilang “ooh” itu, secara ga langsung bisa ngebuat kita langsung puas diri. Dan juga jadi bikin kita meremehkan ilmu tadi.

Padahal, ilmu itu kan seluas samudera. Apa yang baru aja udah kita pahami, itu masih  setetes air doang.

Jadi kurasa, dengan mengurangi gumaman “ooh”, kita jadi bisa sedikit lebih menghargai ilmu yang kita dapat. Dan bisa lebih tertarik untuk terus menggali dan mengeksplor dari hal tersebut 🙂

Catatan: Ini ga berlaku untuk semua orang ya. Siapa tau ada yang berpikiran lain denganku. Tak jadi masalah, yang penting bagaimana cara kita menyikapi dari “ooh” itu aja hehe ^^

Leave a comment